BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, Maret 18, 2009

Faktor-Faktor Dalam Pembangkitan

1. Faktor Beban

Faktor beban adalah perbandingan antara besarnya beban rata-rata untuk selang waktu tertentu terhadap beban puncak tertinggi dalam selang waktu yang sama (misalnya satu hari atau satu bulan). Sedangkan beban rata-rata untuk suatu selang waktu tertentu adalah jumlah produksi kWh dalam selang waktu tersebut dibagi dengan jumlah jam dari selang waktu tersebut. Dari uraian diatas didapat bahwa faktor beban sama dengan beban rata-rata/beban puncak bagi penyedia listrik, faktor beban sistem diinginkan setinggi mungkin karena faktor beban yang makin tinggi berarti makin rata beban sistemnya, sehingga tingkat pemanfaatan alat-alat yang ada dalam sistem tersebut dapat diusahakan setinggi mungkin. Dalam praktiknya, faktor beban tahunan sistem berkisar antara 60%-80%.
2. Faktor Kapasitas
Faktor kapasitas sebuah unit pembangkit menggambarkan seberapa besar sebuah unit pembangkit itu dimanfaatkan. Faktor kapasitas tahunan (8760 jam) didefinisikan sebagai: faktor kapasitas = Produksi kWh setahun/(daya terpasang MW x 8760 jam). Dalam praktiknya, faktor kapasitas tahunan untuk unit PLTU hanya dapat mencapai angka antara 60% - 80% karena adanya masa pemeliharaan dan jika adanya gangguan atau kerusakan yang dialami oleh unit pembangkit tersebut. Untuk PLTA, faktor kapasitas tahunannya berkisar antara 30% - 50%, hal ini berkaitan dengan ketersediaan air.
3. Faktor Penggunaan (Utilitas)
Faktor ini sesungguhnya serupa dengan faktor kapasitas, tetapi disini menyangkut daya. Faktor Utilitas sebuah alat dapat didefinisikan sebagai berikut: Faktor Utilitas sama dengan beban alat yang tertinggi/kemampuan alat beban dinyatakan dalam ampere atau megawatt (MW)tergantung alat yang diukur faktor utilitasnya. Untuk saluran, umumnya dalam ampere, tetapi untuk unit pembangkit dalam MW. Faktor utilitas ini perlu diamati dari keperluan pemanfaatan alat dan juga untuk mencegah pembebanan yang berlebihan pada suatu alat.
4. Forced Outage Rate (FOR)
FOR adalah sebuah faktor yang menggambarkan sering-tidaknya suatu unit pembangkit mengalami gangguan, biasanya diukur untuk masa satu tahun dan didefinisikan sebagai: FOR sama dengan jumlah jam gangguan unit pembangkit/(jumlah jam operasi+Jumlah jam gangguan Unit pembangkit). FOR tahunan untuk PLTA berkisar 0,01 dan FOR tahunan untuk pembangkit thermis berkisar 0,1 - 0,5. Makin andal suatu unit pembangkit, maka makin kecil nilai FOR-nya dan berarti makin jarang terjadi gangguan pada unit pembangkit tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika nilai FOR tinggi, berarti unit pembangkit tersebut sering terjadi gangguan dan tidak andal. Besarnya nilai FOR atau turunnya keandalan suatu unit pembangkit umumnya disebabkan oleh kurang baiknya pemeliharaan peralatan pada unit pembangkit tersebut. Demikian sekilas mengenai faktor-faktor dalam pembangkitan energi listrik, Semoga bermanfaat.
"dunia-listrik"

Senin, Februari 16, 2009

Pionir Perjalanan Antar Planet

Sinyal dari Pioneer 10, wahana antariksa pertama yang melintasi planet Jupiter akhirnya kembali terlacak setelah sebelumnya menghilang selama delapan bulan. Sinyal yang dikirim oleh wahana yang kini berada lebih dari 7 milyar mil dari bumi (sekitar 12,6 milyar km), dalam pengembaraan keluar tatasurya itu diterima oleh stasiun pelacak di Madrid, Spanyol pada 28 April 2001.Pioneer adalah nama yang diberikan untuk serangkaian wahana antariksa untuk eksplorasi tata surya yang diluncurkan oleh Amerika Serikat. Empat wahana Pioneer yang pertama, diluncurkan dalam tahun-tahun 1958 dan 1959 dengan tujuan Bulan dan kesemuanya menemui kegagalan. Pioneer 5 sampai 9 diluncurkan antara tahun 1960 dan 1968 merupakan wahana antarplanet dengan misi pengamatan kegiatan Matahari. Pioneer 10 diluncurkan pada tanggal 2 Maret 1972, dengan Roket peluncur Atlas/Centaur/TE364-4. Peluncurannya menandai penggunaan untuk pertama kalinya kendaraan peluncur bertingkat tiga. Roket tingkat ketiga digunakan untuk meluncurkan Pioneer 10 pada kecepatan 51,810 km/jam yang dibutuhkan untuk terbang ke Jupiter, cukup cepat untuk mencapai Bulan dalam waktu 11 jam dan melintasi orbit planet Mars dalam waktu hanya 12 minggu. Hal ini mencatatkan Pioneer sebagai benda buatan manusia tercepat yang meninggalkan Bumi.Pioneer 10 mencapai Jupiter pada jarak 130.354 km dari permukaan awan planet raksasa tersebut pada 3 Desember 1973. Dalam perlintasannya dengan Jupiter, Pioneer 10 mengirimkan gambar jarak dekat (close-up) pertama dari planet tersebut. Selepas planet Jupiter, Pioneer 10 diarahkan keluar dari tata surya dengan misi untuk mempelajari partikel energi dari matahari (juga dikenal sebagai angin surya) dan sinar kosmis yang memasuki wilayah tata surya kita di galaksi Bimasakti.Akan halnya Pioneer 11, wahana yang diluncurkan pada 5 April 1973 tersebut berhasil mengambil gambar dari bintik merah di permukaan Jupiter yang diperkirakan menandai lokasi sebuah badai besar yang permanen dalam atmosfer Jupiter pada tanggal 2 Desember 1974 dan juga berhasil mendeteksi massa dari salah satu bulan Jupiter, Callisto. Pioneer 11 melanjutkan perjalanannya menuju Saturnus yang berhasil dicapai pada 1 September 1979 dan terbang sejauh 21.000 km dari Saturnus serta mengambil gambar jarak dekat yang pertama dari planet Tersebut. Selepas Saturnus, Pioner 11 melanjutkan pengembaraannya keluar dari tata surya hingga pada bulan September 1995 ketika sumber tenaganya mulai melemah, Pioner 11 tidak dapat lagi melakukan observasi ilmiah sehingga operasi rutin misinya dihentikan. Saat itu Pioneer 11 berada pada jarak 6,5 milyar km dari Bumi dimana sinyal radio yang merambat dengan kecepatan cahaya membutuhkan waktu lebih dari 6 jam sebelum mencapai bumi, sementara pergerakan bumi tidak dapat dicakup oleh antena yang ada pada Pioneer 11. Komunikasi dengan Pioneer 11 terhenti sama sekali pada bulan November 1995. Wahana tersebut tidak dapat diarahkan kembali ke Bumi karena kurangnya sumber daya. Tidak diketahui apakah hingga saat ini Pioneer 11 masih mengirimkan sinyalnya. Sejauh ini tidak ada rencana untuk melakukan upaya pelacakan.